REVITALISASI KAWASAN BERSEJARAH: TAMAN BALEKAMBANG
AMANDA AZALIA S - 3TB01
Kota Surakarta atau yang dikenal
dengan Kota Sala merupakan salah satu Kota yang dikenal sebagai Kota Budaya
dan Pariwisata. Pemerintah Kota Surakarta telah menetapkan visi nya untuk
menjadikan Solo sebagai Kota Budaya yang salah satunya bertumpu pada
pariwisata. Pembangunan kepariwisataan di Kota Surakarta terus diupayakan dari
tahun ke tahun. Pembangunan sektor pariwisata di Kota Surakarta merupakan salah
satu upaya untuk melestarikan kebudayaan daerah. Sehingga pembangunan sektor
pariwisata diarahkan dapat menjadi bagian dari upaya peningkatan
pelestarian seni dan budaya, peningkatan kesejahteraan masyarakat, dan juga merupakan bagian dari usaha
pembangunan wilayah.
Sejarah dan Perkembangan Taman
Balekambang
Taman balekambang awalnya bernama
Partini Tuin dan Partinah Bosch, yang dibangun oleh KGPAA Mangkunegoro VII pada
tanggal 26 Oktober 1921. Taman Balekambang dinamakan Balekambang karena di
dalamnya ada bangunan yang berupa Bale yang seperti mengapung di atas air.
Taman ini dibangun
untuk tempat rekreasi dan lapangan berkuda (sekarang
Manahan).
Taman Balekambang dulunya
terdiri atas dua bagian, yaitu kolam dan
sistem saluran yang mengakses kota, hutan kecil sebagai paru-paru kota dan
taman bunga. Taman ini dulunya digunakan kerabat Mangkunegaran untuk rekreasi.
Mangkunegoro menamai kawasan yang terdiri
dari kolam praon dengan pulau kecil di tengahnya itu sebagai Partini
Tuin. Nama itu
sebagai ungkapan sayang kepada putrinya bernama Partini yang
saat itu menikah dengan Dr. Husein Joyodiningrat dari
Banten. Adapun sebagian lainnya dari area itu, diberi nama Partinah Bosch saat
putrinya bernama Partinah menikah dengan
Mr. Subroto dari Wonosobo. Maka
nama kedua putrinya itu diabadikan sebagai nama
taman.
Taman balekambang dulunya dibagi
menjadi 2 area, Beliau membagi taman Balekambang dengan memadukan konsep Jawa
dan Eropa, yang mana taman tersebut dibangun tidak hanya menciptakan unsur
keindahan saja tetapi ada fungsi yang lebih utama seperti :
• Area
yang I dinamakan Partini Tuin atau Taman Air Partini berfungsi sebagai penampungan
air untuk membersihkan atau menggelontor kotoran-kotoran sampah didalam kota,
dan juga sering digunakan untuk bermain perahu
• Area
yang ke II dinamakan Partinah Bosch atau Hutan Partinah yang merupakan koleksi
tanaman langka seperti Kenari, Beringin putih, Beringin sungsang, apel coklat,
dsb. Partinah Bosch berfungsi sebagai daerah resapan dan paru-paru kota. Dibuat
mirip hutan kecil yang dipenuhi rusa (kidang dan menjangan).
Pada era KGPAA Mangkunegoro VIII
Taman Balekambang dibuka untuk umum. Sejak saat itu mulai diadakan
hiburan rakyat seperti ketoprak yang diiringi dengan musik lesung. Berdirinya hiburan
srimulat, ketoprak diiringi musik gamelan, diskotik dan
panti pijat, membuat
Balekambang menjadi lebih
terkenal disamping taman Sriwedari
dan taman Satwataru
Jurug. Setelah Srimulat
bangkrut, keadaan Balekambang
menjadi surut. Gedung srimulat menjadi kotor, tidak terawat dan kumuh, gedung
ketoprak juga timbul perumahan seniman yang semrawut.
Kondisi taman Balekambang menjadi
kotor, angker, sepi dan semrawut.
Kegiatan yang masih ada adalah kegiatan memancing, meskipun tidak rutin,
dan kehidupan malam di Freedom diskotik yang menenggelamkan citra
Balekambang sebagai peninggalan budaya
menjadi tempat yang kurang baik. Keberadaannya sangat bertentangan dengan citra
Balekambang sebagai peninggalan budaya. Kegiatan perdagangan burung di pasar
burung Depok juga masih ada di sekitar Balekambang. Terjadinya penurunan
kondisi Balekambang ini juga berpengaruh
kepada pariwisata Kota Surakarta.
Daya
Tarik Taman Balekambang
Berada di kawasan tengah kota
membuat Taman ini menjadi perburuan masyarakat yang ingin menikmati udara
sejuk. Apalagi, Taman Balekambang adalah satu-satunya Taman terbesar di Kota
Solo. Pada hari libur banyak yang datang dan menikmati suasana
teduh bersama dengan keluarga.
Yang datang ke Taman
ini akan disambut dengan sebuah bangunan yang dimana bangunan ini difungsikan
sebagai tempat pameran karya seni. Tempatnya cukup luas sehingga, bisa leluasa melihat berbagai macam seni rupa dengan gambar-gambar yang
artistik.
Di depan bangunan ini ada sebuah
patung dimana patung ini berbentuk seperti tugu yang setiap sudutnya dihiasi
dengan patung katak. Dan beberapa ikan-ikan kecil yang berenang kesan-kemari.
Inilah Patung Partinah Bosch.
Taman Balekambang memang terkenal
dengan pohon-pohon yang menjulang tinggi. Jalur yang dikhususkan untuk para
pejalan kaki pun sudah dibangun dengan sangat baik. Selain itu, sudah ada
tempat duduk yang berada di pinggiir yang bisa dimanfaatkan untuk menikmati suasana Taman Balekambang.
Di sini, bisa
berinteraksi dengan berbagai macam hewan seperti rusa, ayam, angsa, dan
berbagai macam hewan-hewan yang jinak. Biasanya, membawa makanan
dari luar dan juga tikar untuk menikmati kehangatan bersama dengan keluarga,
makan di alam yang begitu menyenangkan.
Program Revitalisasi
Dilihat dari nilai historis serta
nilai fungsional yang ada, Taman Balekambang dapat menjadi obyek wisata yang
menarik untuk dikunjungi di Kota Surakarta, tetapi karena belum dikembangkan
secara optimal, sehingga jumlah pengunjung ke
obyek wisata tersebut tergolong
paling sedikit dibandingkan dengan obyek wisata lainnya di Kota Surakarta. Kebijakan dan program
pemerintah mengenai Visi Kota Solo
sebagai Kota Budaya dan ingin menjadikan Solo ke Depan adalah Solo Masa
Lalu, salah satunya dengan mempertahankan dan melestarikan benda ataupun
kawasan peninggalan budaya, salah satunya dengan upaya revitalisasi obyek-obyek
wisata. Menghidupkan kembali dan menata suatu kawasan wisata sesuai dengan
potensi dan fungsi yang dimiliki.
Kebijakan mengenai kawasan
rekreasi Balekambang tertuang dalam evaluasi Rencana Induk Kota Surakarta tahun
1993-2013, yang disebutkan
bahwa gedung kesenian
yang ada di komplek Balekambang, taman hiburan
srimulat, kolam renang, kebun
rekreatif Partinah Bosch kurang memadai fasilitasnya untuk itulah
diperlukan rencana penataan dikomplek Balekambang. Revitalisasi Taman
Balekambang merupakan bagian untuk melestarikan obyek wisata Taman Balekambang,
sekaligus pemberdayaan aset Pemerintah Kota Surakarta sehingga dapat memberikan
kontribusi yang lebih besar terhadap pembangunan dan penyelenggaraan
pemerintahan Kota Surakarta
Pemerintah Kota Surakarta yang melihat
kondisi dari Balekambang yang saat itu tidak efektif dan tidak produktif,
kurang terawat dan kurang terurus, mempunyai gagasan untuk melaksanakan Rencana
Umum Tata Ruang Kota, untuk merevitalisasi Taman Balekambang Surakarta sebagai
taman resapan air dan ruang hijau terbuka serta taman edukasi. Selain itu
Pemerintah Kota Surakarta memiliki visi Solo ke Depan adalah Solo Masa Lalu,
dimana upaya untuk melestarikan dan menghidupkan kembali suatu kawasan
peninggalan budaya adalah salah satu wujud dari kebijakan tersebut.
Mulai tahun 2008 lalu, Pemerintah
Kota Surakarta melakukan revitalisasi Taman Balekambang, disamping fungsi
utamanya sebagai daerah resapan dan
paru-paru kota juga diperuntukkan
sebagai public area atau ruang publik yang dapat difungsikan sebagai Taman Seni
dan Budaya, Taman Botani, Taman Edukasi dan Taman rekreasi.
Pengunjung yang datang ke
balekambang dapat menyusuri jalan-jalan setapak dibawah rindangnya dan
semilirnya pepohonan untuk mengelilingi taman, dan duduk-duduk di kursi taman
yang didesain unik, dengan dikelilingi beberapa ekor rusa yang jinak dan angsa
putih, selayaknya yang dialami keluarga Puro Mangkunegaran dulu.
Selain itu banyak fasilitas lain
yang dapat dinikmati oleh pengunjung, seperti gedung kesenian dan open stage
dimana masyarakat dapat mengekspresikan kegiatan seninya disitu. Disediakannya
tempat parkir di kawasan balekambang juga mendukung area rekreasi di taman balekambang
ini. Pengunjung dapat menikmati
rekreasi air di
kolam air Partini Tuin, menikmati
hiburan kesenian tradisional dan budaya di gedung ketoprak yang ada atau
gelaran seni di open stage, juga menikmati udara segar dan rekreasi alam di
Botanical garden Partinah Bosch karena banyaknya pohon rindang sehingga adanya
semilir angin dan hawa yang sejuk. Suasana taman Balekambang menjadi lebih
hidup dengan ditatanya sarana dan prasarana yang ada di balekambang.
Hambatan dan Dorongan yang ada
dalam Proses Revitalisasi Taman Balekambang
Hambatan-hambatan yang ditemukan
dalam proses revitalisasi, adanya beberapa penghuni liar yang tinggal di
kawasan Taman Balekambang sebelum direvitalisasi. Kondisinya semrawut dan tidak
tertata, sehingga diperlukan mediasi dan sosialisasi kepada para penghuni agar bersedia untuk
dipindahkan. Pelaksanaan sosialisasi diadakan langsung dilapangan, di kelurahan
dan kecamatan setempat. Pelaksanaan sosialisasi dari Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan Kota Surakarta didampingi oleh Lurah dan Camat setempat, yaitu Lurah
Manahan dan Camat Banjarsari sebagai mediator.
Berdasarkan data yang diperoleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota
Surakarta, penghuni yang tinggal di dalam kawasan berjumlah sekitar 80 KK.
Penghuni-penghuni tersebut ada yang mendirikan bangunan permanen dan ada juga
yang hanya mendirikan tenda. Besar kecilnya
ganti rugi yang
diberikan Pemerintah Kota
Surakarta kepada para
penghuni ditentukan dari luas
bangunan dan jenis
bangunan yang ditinggali.
Pemerintah Kota Surakarta
memberikan solusi uang pindah, dan ada juga yang dipindahkan ke perumahan di
daerah Ngipan, Kadipiro, Solo. Pelaksanaan ganti rugi dijalankan oleh Camat
Banjarsari, pada waktu itu, tahun 2007. Setelah semua penghuni bersih, baru
bangunan semua diratakan dan dilakukan revitalisasi. Hambatan lain yaitu pembangunan konsep
revitalisasi yang
direncanakan tidak sepenuhnya dapat
terlaksana, karena terbatasnya
anggaran dari Pemerintah
Kota Surakarta. Seperti halnya pembangunan Taman Reptil yang semula
direncanakan belum dapat terlaksana. Sebagian besar masyarakat menyambut baik
kebijakan Pemerintah Kota Surakarta untuk
melakukan revitalisasi Taman
Balekambang Kota Surakarta,
disamping Taman Balekambang menjadi
Obyek Wisata yang
layak untuk dikunjungi,
juga membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat.
Faktor pendorong utama adalah
sikap yang sangat terbuka yang diberikan Pihak Keluarga Mangkunegaran kepada
Pemerintah Kota Solo yang memiliki apresiasi tinggi untuk melakukan
revitalisasi Taman Balekambang, memperbaiki yang sudah ada, dan menjadikan
taman Balekambang sebagai obyek wisata yang menarik untuk dikunjungi, tetapi
masih menggambarkan citra dan sejarah Taman Balekambang.
Selain dilepasnya
tanah Mangkunegaran untuk dijadikan ruang publik, Bapak Budi Purwanto, Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan Kota Surakarta , menyampaikan faktor pendorong yang
lain yaitu adanya koordinasi yang baik antar Satuan Kerja Perangkat Daerah yang
terlibat dalam Revitalisasi Taman Balekambang juga merupakan suatu hal yang
juga menjadi dorongan bagi kelancaran revitalisasi Balekambang, sebagai berikut
:
“Rasa kebersamaan antar instansi
terkait dan penghuni sangat berpengaruh dalam kelancaran jalannya revitalisasi,
yang menyadari bahwa Taman Balekambang ini akan
direvitalisasi tujuannya adalah
untuk masyarakat.”
Revitalisasi Taman Balekambang
secara keseleruhan berjalan dengan lancar,
tidak ada kendala yang berarti yang menghambat berjalannya revitalisasi.
Mengingat kebijakan dari Pemerintah mengenai revitalisasi Taman Balekambang
adalah untuk kepentingan publik, masyarakat
Solo juga memberikan
dukungan dengan adanya revitalisasi ini.
Dukungan yang lebih
utama adalah sikap
terbuka dari Pihak Mangkunegaran, yang memberikan
dukungan dan ijin kepada Pemerintah Kota Surakarta untuk menjadikan Taman
Balekambang sebagai Ruang Publik, dengan lebih mengoptimalkan fungsi dan
potensi yang ada pada Taman Balekambang. Hingga berakhirnya revitalisasi, seperti
hasilnya yang bisa kita lihat sekarang ini di Taman Balekambang.
Sumber:
https://digilib.uns.ac.id/dokumen/download/27712/NTg2MzA=/Potensi-dan-Pengembangan-Taman-Balekambang-sebagai-Salah-Satu-Aset-Wisata-Budaya-di-Kota-Solo-abstrak.
https://core.ac.uk/download/pdf/12350853.pdf REVITALISASI OBYEK WISATA TAMAN BALEKAMBANG KOTA SURAKARTA