World Heritage Unesco: Shirakawa-go
AMANDA AZALIA S – 3TB01
World Heritage Unesco: Shirakawa-go
AMANDA AZALIA S – 3TB01
Desa Shirakawago terkenal akan rumah tradisionalnya yang
berusia lebih dari 200 tahun yaitu model rumah Gassho-zukuri, atau “konstruksi
tangan berdoa” dicirikan dengan bentuk atap rumah yang miring dan melambangkan
tangan orang yang sedang berdoa. Tersembuyi di balik pegunungan Hakusan dan
terletak di lembah sungai Sho-gawa, terdapat sebuah desa tradisional indah yang
memiliki nilai sejarah tinggi. Desa tersebut bernama Shirakawa-go, atau dalam
bahasa Indonesia berarti Desa Shirakawa yang terletak tepat di jantung Jepang,
di Prefektur Gifu. Desain rumah ini sangat kuat dan memiliki bahan atap yang
unik yang menjaga kekokohan bangunannya karena desa ini akan diliputi salju
yang sangat tebal pada musim dingin. Rumah desa Shirakawa-go sangat besar,
dengan 3 sampai 4 tingkat di bawah atap yang sangat rendah, sehingga menjadi
tempat yang cukup untuk satu keluarga besar.
Desa Shirakawa-go merupakan desa bersejarah di Jepang yang menjadi warisan budaya UNESCO sejak Desember 1995. Desa terbesar di daerah Shirakawa-go adalah Ogimachi merupakan satu-satunya desa yang paling mudah dicapai dari Kota Takayama ataupun Kanazawa. Desa-desa lainnya yang memiliki bangunan serupa agak lebih sulit dicapai dengan transportasi umum. Desa ini juga menjadi destinasi wisata bagi pelancong dari negara lain yang ingin merasakan rumah tradisional khas Jepang yang sudah langka dan memiliki nilai estetika yang indah dan unik. Rumah tradisional bergaya Gassho Zukuri ini sudah sangat jarang dilihat di Jepang apalagi di perkotaan seperti Tokyo dan Osaka. Keistimewaan Shirakawa-go terletak pada gaya arsitektur model Gassho. Model Gassho adalah salah satu gaya arsitektur rumah Jepang yang ciri khasnya ada pada atapnya yang runcing berbentuk segitiga. Bentuk ini bertujuan agar lebih mudah menurunkan salju yang tertimbun di atap rumah saat musim dingin, juga agar air tidak tergenang di atap rumah saat turun hujan. Gassho merupakan bahasa Jepang dari “posisi kedua tangan di depan dada saat berdoa dalam agama Budha”. Dengan kata lain, gaya arsitektur ini disebut Gassho karena atap rumah yang berbentuk menyerupai bentuk tangan tersebut. (fun-japan.jp)
Dengan atap yang memiliki kemiringan sekitar 60 derajat itu, tumpukan
salju akan menjadi cepat runtuh. Perancang rumah gassho zukuri di masa
lampau memang memikirkan bentuk rumah dengan kondisi alam. Salah
satunya adalah semua atap rumah di desa itu menghadap timur dan barat.
Ini bertujuan agar salju yang menumpuk di atap segera bisa mencair ketika
terkena sinar matahari. Karena atap menghadap arah matahari, semua
ventilasi yang terletak di loteng mengarah ke selatan dan utara. Dengan
begitu aliran udara dan angin bebas keluar masuk sehingga menciptakan
sistem ventilasi yang terbaik.
Di Shirakawago terdapat sekitar 114 rumah tradisional yang sudah
berusia lebih dari 250 tahun. Rumah tradisional ini dibangun di akhir
zaman Edo hingga Meiji. Seperti kebanyakan rumah tradisional Jepang
lainnya, rumah gassho zukuri menggunakan kayu. Kayu yang membentuk
pondasi pada setiap rumah gassho zukuri untuk menyatukan antara bagian
satu dengan bagian yang lain tidak satupun paku yang digunakan. Semua
disatukan dengan tali yang dijalin atau neso, istilah untuk menyebut cabang
pohon yang di lunakkan. Begitu juga dengan atapnya. Atap yang terbuat
dari jalinan jerami kering yang ditumpuk hingga tebal dirancang khusus
untuk bertahan dari hujan salju menerpa. Rumah tradisional di Shirakawago
sangat kuat dan dapat bertahan hingga kini. Desa Shirakawago bahkan
menjadi salah satu tempat yang mengalami musim salju terberat di dunia.
Sebagai warisan budaya dunia, warga
Shirakawago tidak bisa sembarangan merenovasi rumah mereka. Pemerintah
membuat peraturan untuk membuat mempertahankan kelestarian rumahrumah di desa ini. Peran pemerintah, baik pusat, tingkat prefektur, maupun
lokal, sangat diperlukan dalam menjaga warisan leluhur itu. Terutama dalam
hal pendanaan. Pemeliharaan saja sudah cukup mahal. Penggantian atap
yang harus dilakukan setiap 20-30 tahun sekali. Biayanya sangat besar dan
diperlukan sumber daya manusia yang banyak
Letak Shirakawa-go yang berada di area pegunungan membuat desa ini
selalu diterpa badai salju ketika musim dingin. Jadi, bentuk atap rumah yang
menyerupai segitiga sama sisi tersebut membantu melindungi rumah dengan
menghindari salju tertumpuk di atap rumah. Semua atap rumah di Desa
Shirakawago menghadap ke timur dan barat. Ini bertujuan salju yang menumpuk
segera bisa mencair ketika terkena matahari. Karena atap menghadap arah
matahari, semua ventilasi yang terletak di loteng mengarah ke selatan dan utara.
Dengan begitu aliran udara dan angin bebas keluar masuk sehingga menciptakan
sistem ventilasi yang terbaik.
Seperti kebanyakan rumah tradisional Jepang
lainnya, rumah gassho-zukuri menggunakan kayu. Uniknya, untuk menyatukan
antara bagian satu dengan yang lain tidak satupun paku yang digunakan. Semua
disatukan dengan tali yang terbuat dari jerami yang dijalin atau neso, istilah untuk
menyebut cabang pohon yang dilunakkan. Dibagian dalam, konstruksi pondasi
bangunan hanya menggunakan simpul tali anyaman kayu tanpa menggunakan
paku. Namun begitu, terbukti rumah ini kokoh berdiri meskipun ada yang telah
berusia 250 tahun lebih.
Populasi Penduduk Di Desa Shirakawago
Populasi penduduk di Desa Shirakawago mencapai 710.023 jiwa pada
tahun 2010. Jumlah ini menurun jika dilihat dari hasil sensus penduduk
pada tahun 2014. Dimana pada tahun 2014 jumlah penduduk di
Shirakawago sebanyak 687.920 jiwa atau turun 22.103 orang selama 4
tahun. Terletak di sisi barat laut Prefektur Gifu, desa Shirakawago
dikelilingi oleh pegunungan hijau.
Ragam Gassho Zukuri
1. Wada House
Rumah Wada adalah rumah Gassho-zukuri terbesar di Shirakawa-go yang
dibangun pada Zaman Edo. Rumah wada adalah bangunan bersejarah yang
dibangun di tahun pertengahan antara 1603 sampai 1868 merupakan rumah
bergaya gassho terbesar di Shirakawa-go
Disebut rumah Wada karena keluarga Wada masih saat ini tinggal di
sini, menggunakan ruang di tempat yang tidak terbuka untuk umum. Saat ini,
kedua lantai dan bagian dari lantai pertama yang terbuka untuk Umum dan
berbagai artefak dan tradisional setiap item yang digunakan oleh generasi-generasi
keluarga Wada dipamerkan. Bukti dari dokumen-dokumen purba telah
menetapkan bahwa selama periode Edo (17-19 abad) anggota keluarga Wada
menjabat sebagai pejabat di pos dan diperdagangkan di bahan peledak dan sutra
mentah. Keluarga Wada merupakan salah satu keluarga terkaya yang juga sebagai pemimpin Desa Ogimachi. Dokumen-dokumen lama yang masih dimiliki oleh
Keluarga Wada menunjukkan bahwa rumah ini dipakai oleh seorang pejabat yang
berdagang sutera dan bahan baku bubuk mesiu. Sekarang Rumah Wada dibuka
untuk umum sebagai museum yang buka dari jam 09.00 hingga 17.00 dengan
harga tiket masuk sebesar 300 yen.
Di lantai pertama terdapat total delapan kamar, termasuk ruang tamu,
Kamar tidur, ruang tamu, dan butsuma ( sebuah ruangan berisi sebuah altar
Buddha, mana keluarga menyembah mereka-leluhur dan Buddha). Berjalan
melalui kamar akan membuat kita dapat membayangkan gambaran tentang
bagaimana orang hidup kembali kemudian. Pada zaman dahulu, Kamar di rumah
Jepang yang dipisahkan oleh fusuma, atau pintu geser. Ketika fusuma dibuka,
Kamar menjadi terhubung, memberi mereka perasaan yang terbuka, luas.
Di dalam Waka House hanya satu tangga naik ke lantai dua akan tetapi
sangat curam cukup sulit untuk naik tangga. Dan dibagian atas bukan digunakan untuk tempat tidur atau menyimpan barang seperti yang biasa dilakukan dirumah
pada umumnya akan ada sutra dan peralatan pertanian. Pada zaman dahulu
masyarakat Shirakawa go menggunakan bagian atas sebagai tempat produksi sutra
berlangsung. Bagian utama dari produksi sutra terjadi di sini di lantai rumah.
Kedua lantai ruang besar seperti lantai, tapi langit-langit sedikit lebih rendah.
2. Kanda House
Selain rumah Wada, ada juga rumah Kanda yang dulunya merupakan
tempat tinggal dari keluarga yang tinggal di rumah Wada. Rumah Kanda ini
dulunya digunakan sebagai tempat untuk membuat sake. Rumah Kanda ini juga disebut-sebut sebagai rumah yang memiliki tingkat kesempurnaan yang paling
tinggi dibanding rumah-rumah Gassho lainnya. Kanda House pengunjung yang
datang harus melepas alas kakinya dan masih boleh menggunakan alas kaki.
Karena cuaca di Shirakawa cenderung dingin disarankan untuk menggunakan
baju tebal dan kaos kaki yang tebal. Selain itu bangunan dari Kanda house ini
terbuat dari kayu sehingga hawa dingin akan terasa sekali. Di dalam bangunan ada
tungku perapian tradisional dan di sekelilingnya ada artefak bersejarah yang
berhubungan dengan masyarakat Gifu pada masa lampau.
Lantai pertama memiliki ruang resepsi yang disebut "Oe" dengan ruang tamu dan
ruang tamu, yang telah digunakan untuk pertanian. Di lantai kedua adalah di mana laki-laki yang belum menikah
dan karyawan tidur, ada jendela kecil yang disebut Himimado. Lantai 2-3 terutama lokakarya sericulture yang sekarang ditetapkan sebagai ruang
pameran. Ada berbagai alat pembuatan bir dari waktu yang ditetapkan di sini. Di lantai keempat adalah gudang di mana Anda dapat menatap keluar atas
desa dari jendela kecil. Lantai atas adalah sangat kecil dan hanya bisa menampung
sekitar 3 orang.
Kanda House mulai dibangun ketika Wada Yaemon, anak kedua dari
keluarga Wada memisahkan diri dengan mendirikan tempat tinggal sendiri. Ia lalu
mengubah namanya menjadi Kanda Kichiemon, diambil dari nama dewa
penguasa padi, Kanda, dari kuil Ubusuna Hachimangu. Rumah ini dibangun
selama sepuluh tahun dengan teknik yang lebih modern dari pendahulunya di
setengah terakhir era Edo.
Rumah Gassho unggul dalam menahan gempa, badai
dan salju. Sambungan tiang dan atap kayunya dibuat fleksibel untuk menahan
gempa dan badai. Sementara atap dilengkapi penahan kayu besar tebal yang
melengkung dari pohon yang kuat. Ini berguna untuk menahan tumpukan salju
yang sangat tebal di musim dingin. Bagian luar atap, yang lebih mirip selimut
jerami kering tebal juga tahan air, badai dan salju.
Pergantian Atap
Penggantian atap juga menjadi tradisi tersendiri yang disebut yui.
Pada saat itu, pemilik rumah tidak bekerja sendiri untuk mengganti atap
karena semua penduduk desa ikut berpartisipasi. Bahkan banyak warga dari
luar desa yang mau ambil bagian. Acara penggantian atap ini juga bisa
mendatangkan turis. Para wisatawan asing tidak sekedar menonton, tetapi
juga berpartisipasi di dalamnya. Orang yang berpartisipasi sedikitnya 200
orang.
Bagi warga Shirakawago, tradisi yui yang menunjukkan kebersamaan dan
gotong royong itulah yang menyebabkan desa itu masih bertahan hingga
kini. Dan nilai-nilai itu juga yang menjadi salah satu poin penting yang
menjadikan Shirakawago layak berstatus warisan dunia
Gassho Zukuri Pada Musim Semi
Pada musim semi rumah Gassho Zukuri akan menyuguhkan keindahan
dengan bunga sakura yang bermekaran. Pada musim semifungsi dari rumah
Gassho Zukuri adalah menarik banyak wisatawan dari berbagai macam negara
datang untuk berkunjung dan melihat keindahannya
Saat musim semi di sekitaran rumah Gassho Zukuri menjadi penuh dengan
kupu-kupu yang berterbangan dengan bebas dari satu kuntum bunga ke kuntum
bunga lainnya. Selain bunga bunga sakura yang mulai bermekaran dan berbagai
keindahan alam yang ada di Shirawaka go
Gassho Zukuri Pada Musim Panas
Fungsi dari atap rumah Gassho zukuri memang terkenal untuk
mengantisipasi salju pada saat musim dingin akan tetapi di musim panas fungsi
dari atap rumah Gassho Zukuri juga bisa membuat ruangan di bawah atap lebih
sejuk. Akan tetapi saat musim panas atap rumah Gassho Zukuri menjadi sangat
rentan terbakar sehingga di depan setiap rumah Gassho Zukuri terdapat hydran
yang disembunyikan di balik tempat kayu sehingga tidak merusak pemandangan
yang sangat tradisional dari rumah Gassho Zukuri. Pemandangan selama musim panas dari sudut rumah Gassho zukuri akan sangat
hangat dan indah.
Daftar Pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar